Catatan Seorang Suami
Teruntuk istriku tercinta di Keheningan Barzakh
Kembali dalam dekapan kasih sayang Allah, 30 Oktober 2025
Catatan ini kusampaikan hanyalah sebagai obat untuk menyembuhkan duka yang masih tersimpan dalam luka jiwa.
Catatan 1
2003, saat pertama kugenggam sebuah amplop putih
kubuka ada secarik kertas berisi sepenggal ceritamu
dan sebuah foto dengan wajah lugumu
aku memilihmu tanpa harus diawali cinta
dan cinta pun tumbuh sepanjang perjalanan
sambil terbata-bata mengenalmu setiap detik setiap saat
meski pada akhirnya tidak semuanya tentangmu aku mengenalnya
tapi yang kukenal pada akhir catatan hidupmu
betapa banyak kebaikanmu
betapa banyak yang mencintaimu
kau bukan milikku tapi bagian dari hidupku
kau milik Rabmu dan bagian dari semesta
aku akan belajar darimu
agar semesta pun mencintaiku
dan Rabku yang juga Rabmu ridha padaku
Maafkanlah aku
Istriku, Kau menerimaku
bukan dengan yang kupunya tapi karena aku tak punya
suatu hal yang tak lumrah bagi manusia
Kau tahu saat aku melamarmu
dengan gagah berani kukatakan
siap menghidupi keluarga
walau saat ustadz kita bertanya
berapa penghasilan yang kupunya
seratus dua puluh lima ribu saat itu aku berkata
tapi, kau malah menerimaku
Kau memang berbeda
dan makin kumengerti saat Kau tiada
Catatan 2
Masih ingatkah kau
bagaimana anak pertama kita lahir
Malam itu, saat jabang bayi sudah ingin segera menghirup aroma dunia
dokter memanggil kita karena posisi anak kita silang
namun, ia akan diusahakan tetap lahir secara alami
maka lahirlah anak pertama kita
memulai babak baru kehidupan
kubisikan azan di telinganya diiringi tangisan
kuberi nama Muhamad Nahwannur
agar ia dicintai Rasulullah dan berakhlak
dengan akhlak Rasulullah
dan mengarungi hidupnya menuju cahaya
Kini ia telah dewasa
semoga tetap dalam cahaya
bersama keempat anak kita lainnya
tibalah saat anak kedua menyongsong dunia
Filhaq Nazzih Auladi kuberi nama dia
agar selalu berada dalam jalan kebenaran
Dia pendiam dan cenderung pemalu
kita ajarkan mereka tapak-tapak jalan dakwah
jalan kemanusiaan, jalan kecintaan dan
jalan kepeduliaan
kubawa mereka menyusuri jalan-jalan Jakarta
ditampari panas mentari menyengat
sambil meneriakan suara jiwa
diantara lautan manusia
hari ini Kau jaga mereka di alam baka
agar tetap berlimpah cahaya
Saat lahir anak ketiga
anak yang penuh dengan rasa
wajah mungil yang berhias senyum ceria
Bariq Nurmuhamad kuberi nama
agar seperti kilat dalam berderma
agar membawa cahaya muhamad manusia tercinta
Anak keempat pun lahir membawa cerita
dia pendiam, pemalu tapi bagiku ia tangguh
tak mengeluh jika sakit mendera
kuberi nama Farras Khalifaturrahman
agar kuat ingatannya hidup penuh makna
menjadi pemelihara bumi milik Allah yang pemurah
Hiasan matamu yang kelima
penuh kelembutan dan kasih sayang
menjadi pelengkap kebahagiaan rumah kita
Syafiq Ibadurrahman lembut sesuai namanya
semoga Kau menjadi hamba Allah yang penyayang
Kini mereka bersamaku
berjuang melanjutkan asamu
pelanjut cerita dari umi yang luar biasa
Mereka memiliki langkah sendiri
Biarkan mereka tumbuh menjadi pribadi yang rabbani
Catatan 3
Pasti kau tidak lupa
di ruang sempit RSUD, kita duduk berhadapan dengannya
dokter yang memeriksa kondisimu
kita sempat kehilangan kata
saat ia mulai bercerita
udara di dada kita hilang menguap diterpa duka
dia berkata betapa ganasnya "sesuatu" yang ada di ragamu
tak terasa buliran bening membuat peta airmata
sepanjang jalan kita masih tak mampu berkata
terlalu besar badai mendera jiwa
sampai akhirnya tibalah malam
kau terbaring di kamar belakang
dan aku terduduk di kamar depan
tak ada kantuk sepanjang malam
kita sama merasakan beban makin sesak di dada
sampai akhirnya kita mulai belajar
terbiasa dengan duka
tertawa dengan suara tangisan
seraya jiwa raga terus berdoa
dengan penuh harap
Kau berikan keajaiban
kesembuhan bagi orang tercinta
Aku kembali kehilangan kata
saat Kau terbaring bergumul derita
di kamar kecil Santosa
hari itu, Ahad 19 Oktober 2025
Dua kali dokter berkata
bahkan satu kesempatan dihadapanmu langsung
dirimu cinta, sudah ada di bandara akhir kehidupan
menunggu tiket datang ke tanganmu
aku tak kuasa menatapmu
karena wajahku berkabut mendung
bercurah hujan lebat
kupergi menyapa udara
sambil menata hati dan jiwa
tapi, aku bahagia
kau tetap semangat tak terpengaruh kata-kata
di hatimu hanya ada tiga kata
akan sembuh sediakala
Catatan 4
Saat Kau pergi
masih ada keinginan, harapan dan janji belum terpenuhi
Jika raga sirna dari luka kita ingin kembali
menyusuri sawah, sungai dan bukit
menghirup udara perkampungan yang mewangi
atau ke tempat lainnya kita pergi
agar canda ria bersama anak mengabadi
Kau pun beberapa kali berpesan
di pekan ajalmu tiba
meminta kami reservasi penginapan
hotel bercat hitam abu-abu dekat taman
mungkinkah itu tempat Kau ingin beristirahat
melepas lelah, duka dan derita
entah barzakh atau surga
Catatan 5
"Bagaimana nasib anakku di Gaza?"
Itulah salahsatu kalimat yang keluar dari mulutmu yang mulai kelu
Kalimat yang menunjukkan betapa Engkau berlimpah welas asih pada sesama
Engkau penuh kepedulian pada saudara dan pada mereka yang menderita
Hingga saat Kau pergi menjumpai kekasihmu
Begitu banyak yang bersaksi atas kesalihanmu
Begitu banyak yang menangisi kepergianmu
Begitu banyak yang mengenang kehangatan pribadimu
Catatan 6
Pernahkah membayangkan puding coklat tiba-tiba menjadi makanan yang paling spesial? yah begitulah, makanan penutup tersebut tiba-tiba menjadi makanan yang diinginkannya saat tak ada lagi yang bisa dimakan dan saat kesadarannya sudah makin menurun 2 hari menjelang ruh sucinya pergi meninggalkan jasad yang lemah digerogoti rasa sakit. Selasa pagi 28 Oktober 2025, pagi yang bahagia saat tiga suap puding masuk ke mulutnya.
Semoga Allah menyambutmu dengan sepenuh kasih sayang.
Catatan 7
Hakikat berkeluarga tidak hanya menyatukan 2 insan atau 2 keluarga tapi membangun kebersamaan dalam menggapai tujuan mulia. Kebersamaan. dan keharmonisan harus terus dibangun melalui komunikasi sepenuh hati. Kami terus belajar membangun jembatan rasa dengan berbagi cerita pada momen pertemuan yang terbatas. Pillow talk menjadi media terbaik saling mengenal, tertawa, mengeluh, menangis hingga saling memaafkan. Berbicara tentang diri hingga derita dan kebahagiaan orang lain. Sampai akhirnya saat saya ingin berbagi cerita lagi, saya lupa dia sudah tiada.
Ya Karim, muliakanlah dia.
Catatan 8
Suatu yang nampak sederhana akan menjadi penuh makna saat ada sepenggal kisah menyertainya. Secangkir teh sudah biasa mampir pada kehidupan seseorang. Merasakan perjalanan teh mulai dari perjuangan menanam, memelihara, memetik, mengolah hingga mampir pada secangkir gelas menambah nikmat rasanya apalagi diiringi napas syukur. Bagiku, secangkir teh saat tenggorokanmu dilanda kemarau di pekan kepergianmu, kau seruput hingga habis adalah karunia dan kebahagiaan. Tunggu aku ingin menyertaimu minum bersama di pinggir al Kautsar.
Catatan 9
Banyak orang menyukai perjalanan, apalagi perjalanan untuk menyenangkan diri. Meskipun jauh dan mahal mereka rela mengeluarkan biayanya. Namun adakah perjalanan yang diselimuti duka namun dihiasi senyuman?
Bagi saya, ada perjalanan yang penuh kenangan. Perjalanan yang harus diisi senyuman dan tawa agar luka tak terasa. Perjalanan bersamamu menuju harapan diiringi doa kesembuhan. Kadang kita keluar dari rumah jam 5 pagi dengan keyakinan kesembuhan di dalam hati. Jalan kaki bersama sambil menghirup udara pagi yang sejuk. Embun pagi menyemai harapan dalam jiwa yang tumbuh bercabang-cabang. Satu saat kita harus mengejar kereta, disaat lain harus turun di jembatan tol lalu naik ke dinding pembatas tol. saat itu seperti pencuri. Ya, emang kami pencuri harapan keberlangsungan hidup. Akhirnya, kebersamaan kita berakhir di ambulans, saat kita tetap pergi mengejar harapan dan saat kau akhirnya meninggalkan sunyi dalam hati kami. Tapi, saya yakin kau pergi menuju kecintaan sejatimu.
Allahu yarhamha! Cintai istriku sebagaimana ia mencintaiMu!
Catatan 10
"Bagaimana nasib anakku di Gaza?"
Itulah salahsatu kalimat yang keluar dari lisanmu yang mulai kelu
Saat sakaratul maut sudah mulai membersamai akhir hidupmu
Saat itu, Kau masih menampilkan kewelasasihanmu pada sesama
Ya, Engkau memang berlimpah kasing sayang, empati dan peduli
Sejak 2019 Engkau telah menjadi orangtua asuh bagi anak penghafal Quran di Gaza
Engkau sangat mudah memberi meski kadang hari-hari kita kekurangan
Kebaikan itulah membuat engkau dicintai penduduk langit
Hingga begitu banyak orang yang menjumpaimu saat Kau sakit dan pergi
Begitu banyak yang bersaksi atas kesalihanmu
Begitu banyak yang menangisi kepergianmu
Duhai istriku! aku bersaksi atasmu dengan kesaksian
yang tak sanggup lisan ini mengungkapkannya
hanya airmata kerinduan padamu yang terus
menyuburkankan jiwaku yang diterpa kemarau panjang
Catatan 11
Rabu pagi saat dingin menyelimuti bumi
Rintihan menahan nyeri sudah tidak keluar lagi dari mulutmu
Engkau terus tertidur dan sesekali terbangun tanpa kata terucap dari lisanmu
Hari itu kita harus memenuhi jadwal USG sebelum tindakan kemo paliatif dilaksanakan
Kami sadar tubuhmu makin lelah
Kami sadar ini seperti saat-saat terakhir
Namun, karena semangatmu saat kita masih bisa berkomunikasi
ingin aku konfirmasi lagi, dengan sapaan cinta dari anak-anak aku berkata,
"Umi, apakah kita jadi ke Santosa"
Seperti keajaiban terjadi, dengan mata terpejam ia berkata pendek dan lirih, "Ya"
Hanya satu kata yang mendorong kami akhirnya berangkat
Ambulans terus bergerak dengan suara yang memahat luka
Aku bersama adik dan kakak dalam diam terus mengetuk pintu langit dengan doa
Setibanya di Santosa istriku didampingi saudara sementara aku mengantri menunggu panggilan
Adikku terus membimbingnya dengan zikir sementara kakak membacakan al Quran
Engkau dengan mata terpejam masih bisa menggerakan mulut
melafalkan kata "Allahu" walau tanpa suara
Saat pulang pun tiba kembali suara ambulans meraung menangisimu
Saat kuberi minum mulutmu tidak merespons lagi
sampai ke rumah pun seperti itu malah badanma tiba-tiba panas seperti demam
Hari yang melelahkan bagi kami apalagi bagimu wahai jiwa yang menghadapi sakaratul maut
Malamnya aku tertidur lebih awal karena lelah mendera raga
Saat terbangun saudara sudah berkumpul menjagamu, karena lelah kembali aku tertidur dan sesekali terbangun melihatmu tertidur lelap dengan napas menderu
Sekitar jam 01 malam aku terbangun, engkau dalam dekapan ibu tercinta yang terus membimbingmu dengan kalimat tauhid
Aku lalu bangun berwudhu, shalat lalu dihadapanmu kulantunkan ayat-ayat suci
Saat tiba pada ayat salamun alaikum bima shabartum fani'ma uqbaddar,
(Malaikat berkata) "Semoga keselamatan tercurah kepadamu karena kesabaranmu. (Itulah) sebaik-baiknya tepat kesudahan (surga)
Aku mengulangi terus ayat tersebut, napasmu makin teratur dengan lemah
Setelah selesai surat ar Ra'd kulanjutkan dengan surat at Taubah, napasmu makin melemah
aku sadar inilah saat sakaratul maut, Izrail sedang melaksanakan tugasnya
maka kupanggil anak-anak yang sudah dewasa untuk ikut bersaksi atas kepergianmu
Di hadapan suamimu, orangtuamu, anak-anakmu dan saudara-saudaraku
Engkau pergi dengan penuh kedamaian
tanpa ada sedikitpun reaksi menahan sakitnya sakaratul maut di wajahmu
Kami rela atas kepergianmu...
salamun alaikum bima shabartum fani'ma uqbaddar
Wahai jiwa yang tenang
kembalilah kepada Rabmu dengan ridha dan diridhai
Masuklah ke dalam kafilah hambaKu
Masuklah ke dalam Surgaku
Kamis, 30 Oktober 2025 Pukul 01.58
Catatan 12
"Irhamu man fi al-ardi, yarhamkum man fi al-sama,
Sayangilah yang ada di bumi, nisacaya yang ada di langit (Allah) akan menyayangimu"
Hadits ini mengajarkan kita bagaimana untuk selalu melimpahkan welas asih pada sesama
pada makhluk lain dan lingkungan sekitar.
Jika mengenang saat dua pekan terakhir menjelang kepergian sepenggal jiwa saya,
orang yang kami sayangi dan saat ajal telah tiba, ternyata begitu banyak orang yang menyayangi dia
Saat dia sakit, tidak banyak yang mengetahuinya, namun disaat informasi kesakitannya tersebar
begitu banyak yang peduli padanya, setiap hari selalu ada orang yang menjengukmu
dan pada saat dia pergi begitu banyak orang yang takziah padanya, menshalatkannya lalu mengantarkannya ke tempat peristiratannya sementara di alam barzah...
Begitu banyak yang bersaksi bahwa dia orang baik, shalehah, ramah dan sebagainya.
Aku yang 21 tahun hidup bersamanya tentu turut menjadi saksi baginya
Amalan apa yang membuatnya begitu banyak yang menyayanginya?
Istriku adalah orang yang biasa, melaksaakan pengabdian pada Allah dengan cara-cara yang biasa
Melaksanakan kewajiban sebagaimana orang lain melakukannya
Namun, bagiku dia adalah pribadi yang berlimpah welas asih, senang menolong dan membantu orang lain, tanpa pamrih sedikit pun. Dia ringan tangan saat memberi.
Kalau dilihatnya di perjalanan ada yang harus diberi maka dia selalju memberinya. Pada momen lebaran, dia disibukkan dengan mencatat kepada siapa saja harus berbagi, mulai tukang sampah, ronda, guru ngaji, pemulung, dan saudara-saudara. Tidak lupa setiap bulan dia menyisihkan rezekinya untuk anak-anak di Gaza yang sedang menghafal al-Quran.
Begitulah amalannya yang membuat begitu banyak orang yang menyayanginya. Kebaikannya adalah jalan panjang yang harus kami lanjutkan.
Catatan 13
Bangsa ini memiliki banyak pahlawan
yang membuat negeri sepenggal surga ini tetap ada.
Namun bagiku dan anak², selain mereka Kau salahsatunya,
Kau telah berjuang melahirkan anak² dgn taruhan nyawa
lalu membesarkannya dengan segenap cinta.
Dalam sunyi
semakin terasa
begitu berharganya kehadiranmu diantara kami.
(catatan 10 Nopember 2025)
Kesaksian
Sebagian kecil kesaksian yang sempat tercatat.
@ika.psi.fikom
...Sosok yang lembut tutur katanya, baik hati, dan tak pernah menampakkan amarah, kini telah kembali pada Sang Khalik. Selamat jalan, sahabat terbaik. Semoga Allah SWT melapangkan jalanmu menuju surga-Nya, dan menempatkanmu di tempat terindah bersama orang-orang yang solehah. AAmiin🤲
@ainunnajah22
innalillahi wa inna ilaihi rojiun.. Saya bersaksi Ibu orang yang baik. Selamat jalan bu. Semoga husnul khotimah....
@lucktygs
innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Teh Yuli baik banget, dulu magang di perpus kampus selalu dibimbing beliau.
@litasoerjaman
...insya Allah husnul khotimah. Saya bersaksi Yuli adalah orang yang baik
@semangka_kuning
.......Ya Allah teh Yuli Masya Allah orang baik banget
@bekalpagi_bekalsehat_
...Saya bersaksi Yuli adalah orang yang sangat baik, humble dan berhati halus. Insya Allah husnul khotimah...
@taufikrahayu
...Ibu orang baik...Seorang panutan...Semoga amal ibadahnya diterima Allah.
@wayghani
...teringat kebaikan almarhumah.
Semua tugas akhir saya semasa berkuliah,,bu Yuli yang bantu mencarikan literaturdan memberikan masukan...
@kaffahimi
...ya Allah ibu Yuli yang selalu bantu saya selama penelitian tugas akhir kemarin tentang perpustakaan dan repository Unpad, amal jariyah buat beliau insya Allah...
@diahmerdeka
innalillahi wa inna ilaihi rojiun ibuu😭ibu orang baik, semoga husnul khotimah...
Lalangse Hate
ngahiukna angin peuting
neunggeulan kana pipinding hate
ninggalkeun sora nungahelas
muragkeun kalakay koneng
numawa carita siloka
jumeritna cihcir jeung jangkrik
ngeureutan hate nuraheut
ngalungkawing batan gawir
duh beurang geura datang
singraykeun lalangse
nu moekan kana hate
16 September 2025
Jejak malam
dari kamar ini
kudengar sayup kereta
meraung menerjang gelap
melintas kelokan kehidupan
suaranya pelan hilang
menyimpan kenangan
tentang perjalanan
menuju harapan
di kamar ini
kenapa raungan kereta
bagai jejak malam
dalam jiwa
meninggalkan duka
dan tetesan airmata
6 September 2025
Amarah Barakuda
Merah putih masih berkibar
Gempita pesta kemerdekaan masih berkobar
Mata belum menyimpan lupa
goyangan disela tawa pejabat negara
Namun ada raga dipaksa terkapar
Mencium aspal diterjang barakuda
Raga, bahunya memikul beban keluarga
Raga, tangannya menggenggam harapan keluarga
kini tlah tiada
menyisakan luka
ditubuh rakyat
yang masih bertanya
benarkah kita sudah merdeka
untukmu affan
meski Kau tiada
tapi menghidupkan kembali berjuta
hati manusia
selamat jalan
Sodikin
28 Agustus 2025
Antara Rafah dan Arafah
antara rafah dan arafah
gelimang darah dan hujan airmata
tubuh tersungkur oleh gempuran pesawat
tubuh tersungkur dalam lantunan munajat
antara rafah dan arafah
jeritan dengan nada berbeda
mencengkram udara
menembus arasy
antara rafah dan arafah
ada cerita berbeda
merahnya darah
beningnya airmata
antara rafah dan arafah
adakah rafah di arafah
Sodikin
Dzulhijjah, 1446 H
Kabar dari Gaza
Kukirimkan padamu satu kabar
sepenggal cerita di bumi Gaza
tentang nestapa nun jauh di sana
Jiwa-jiwa dalam dekapan duka
jiwa-jiwa berselimut luka
jiwa-jiwa terpisah raga
sampai kau bosan melihatnya
Sampai kau lelah mendengarnya
sampai kemarau air mata
sampai tandus kepedulian
lalu kuharap masih ada
sekeping kesadaran
bahwa kita sama
dengan mereka
hanyalah sebongkah jasad
bernama manusia
Jika ada nurani dalam jiwa
nurani jadi pembeda, antara manusia
dan seakan manusia
Sodikin
Bandung, 13 Juli 2024
Rabiah Al-Adawiah oase kerinduan
Saat kutatap jutaan manusia berdiri dan bersujud
Di suatu malam 27 Ramadhan malam penuh kemuliaan
Sudah beberapa hari berjuta manusia begitu tabah
Ditampari teriknya matahari diselimuti kabut malam
Menyerukan nada keadilan yang dirampas para durjana
Rabiah Adawiah oase kerinduan
Tak terbayang sebelumnya akan ada banjir darah
Jeritan kesakitan tangisan anak kecil diantara
Senyum kebahagiaan para syuhada
Tiba-tiba jiwaku bergolak darahku mendidih
Air mata menganak sungai
Kala kutatap beribu manusia dengan Alquran
Di tangan, di mulut dan di hatinya
Satu persatu gugur dalam pelukanmu
Rabiah Adawiah oase kerinduan
Jiwaku begitu letih terlempar dalam kesunyiaan
Ketidakberdayaan menghalau kekejaman
Namun embun kebanggaan menetes dalam jiwaku, saat
Kutatap parade syuhada berbaris menuju surga
Mulutnya tak henti melempar hinaan
Pada dunia yang tak punya mata, mulut dan telinga
Mulutnya tak henti mencibir para penguasa yang tuli dan bisu
Rabiah Al-Adawiah
Kurindu terbaring dalam pelukanmu
Sodikin Abu Nahwannur
Bandung, 2014